Sensori
Integrasi merupakan proses mengenal,
mengubah dan membedakan sensasi dari sistem sensori untuk menghasilkan suatu
respon berupa “ perilaku adaptif bertujuan”.
Menurut teori Ayres, SI (Sensori Integrasi) terjadi akibat pengaruh input sensori, antara lain sensasi melihat, mendengar, taktil, vestibular, dan proprioseptif. Proses ini berawal dari dalam kandungan dan memungkinkan perkembangan respons adaptif, yang merupakan dasar berkembangnya ketrampilan yang lebih kompleks, seperti bahasa, pengendalian emosi, dan berhitung. Gangguan dalam pemrosesan sensori ini menimbulkan berbagai masalah fungsional dan perkembangan, yang dikenal sebagai disfungsi sensori integrasi.
Dasar
teori sensori integrasi
1. Dasar teori sensori integrasi adalah
adanya plastisitas sistem saraf pusat, perkembangan yang bersifat progresif,
teori sistem dan organisasi sistem saraf pusat, respons adaptif, serta dorongan
dari dalam diri.
2. Dasar rasional intervensi sensori
integrasi adalah konsep neuroplasitistas atau kemampuan sistem saraf untuk
beradaptasi dengan input sensori yang lebih banyak.
3. Pada teori sistem dan organisasi sistem
saraf pusat, proses sensori integrasi diyakini terjadi pada tingkat batang otak
dan subkortikal. Proses yang lebih tinggi di tingkat kortikal diperlukan untuk
perkembangan praksis dan produksi respons adaptif. Proses pada tingkat kortikal
bergantung pada adekuat tidaknya fungsi dan organisasi pusat otak yang lebih
rendah.
Gangguan
pemrosesan sensori
Apabila
input sensori tidak diintegrasi secara tepat, seorang anak akan menginterpretasikan
dunia secara berbeda. Mispersepsi ini menimbulkan berbagai gangguan
perkembangan dan perilaku.
1. Sensory
Modulation Disorder
Modulasi
sensori terjadi ketika susunan saraf pusat mengatur pesan saraf yang timbul
akibat rangsangan sensori. Pada SMD, anak mengalami kesulitan berespons
terhadap input sensori sehingga memberikan respons perilaku yang tidak
sesuai.
·
SOR(Sensory
Overresponsivity) berespons terhadap sensasi dengan lebih cepat, lebih intens,
atau lebih lama daripada yang sewajarnya.
·
SUR
(Sensory Underresponsivity) kurang berespons atau tidak memperhatikan
rangsangan sensori dari lingkungan. Menyebabkan
anak menjadi
apatis atau tidak memiliki dorongan untuk memulai sosialisasi dan eksplorasi.
·
SS (Sensory Seeking/Craving) anak
seringkali merasa tidak puas dengan rangsangan sensori yang ada dan cenderung
mencari aktivitas yang menimbulkan sensasi yang lebih intens terhadap tubuh,
misalnya memakan makanan yang pedas, bersuara yang keras, menstimulasi objek
tertentu, atau memutar-mutar tubuhnya
2. Sensory-based motor disorder (SBMD)
Anak
dengan SBMD memiliki gerakan postural yang buruk. Pada disfungsi ini, anak
mengalami kesalahan dalam menginterpretasikan input sensori yang berasal
dari sistem proprioseptif dan vestibular.
·
Dispraksia,
anak mengalami gangguan dalam menerima dan melakukan perilaku baru.
·
Postural,
anak mengalami kesulitan untuk menstabilkan tubuh saat bergerak maupun saat
beristirahat.
3. Sensory discrimination disorder (SDD)
Anak
dengan SDD mengalami kesulitan dalam menginterpretasi kualitas rangsangan,
sehingga anak tidak dapat membedakan sensasi yang serupa. Sensory
discrimination disorder pada sistem penglihatan dan pendengaran dapat
menyebabkan gangguan belajar atau bahasa, sedangkan SDD pada sistem taktil,
proprioseptif, dan vestibular menyebabkan gangguan kemampuan motorik.
Prinsip
terapi sensori integrasi
Terapi
sensori integrasi menekankan stimulasi pada tiga indera utama, yaitu taktil,
vestibular, dan proprioseptif. Ketiga sistem sensori ini memang tidak terlalu
familiar dibandingkan indera penglihatan dan pendengaran, namun sistem sensori
ini sangat penting karena membantu interpretasi dan respons anak terhadap
lingkungan.
Sistem
taktil
Sistem
taktil merupakan sistem sensori terbesar yang dibentuk oleh reseptor di kulit,
yang mengirim informasi ke otak terhadap rangsangan cahaya, sentuhan, nyeri,
suhu, dan tekanan. Sistem taktil terdiri dari dua komponen, yaitu protektif dan
diskriminatif, yang bekerja sama dalam melakukan tugas dan fungsi sehari-hari..
Hipersensitif tehadap stimulasi taktil, yang dikenal dengan tactile
defensiveness, dapat menimbulkan mispersepsi terhadap sentuhan, berupa
respons menarik diri saat disentuh, menghindari kelompok orang, menolak makan
makanan tertentu atau memakai baju tertentu, serta menggunakan ujung- ujung
jari, untuk memegang benda tertentu. Bentuk lain disfungsi ini adalah perilaku
yang mengisolasi diri atau menjadi iritabel. Bentuk hiposensitif dapat
berupa reaksi kurang sensitif terhadap rangsang nyeri, suhu, atau perabaan
suatu obyek.
Sistem
vestibular
Sistem
vestibular terletak pada telinga dalam (kanal semisirkular) dan mendeteksi
gerakan serta perubahan posisi kepala. Sistem vestibular merupakan dasar tonus
otot, keseimbangan, dan koordinasi bilateral. Anak yang hipersensitif
terhadap stimulasi vestibular mempunyai respons fight atau flight sehingga
anak takut atau lari dari orang lain. Hiposensitif cenderung mencari aktivitas tubuh yang berlebihan dan
disengaja, seperti bergelinding, berputar-putar, bergantungan secara terbalik,
berayun-ayun dalam waktu lama, atau bergerak terus-menerus
Sistem
proprioseptif
Sistem
proprioseptif terdapat pada serabut otot, tendon, dan ligamen, yang
memungkinkan anak secara tidak sadar mengetahui posisi dan gerakan tubuh. Hipersensitif
terhadap stimulasi proprioseptif menyebabkan anak tidak dapat
menginterpretasikan umpan balik dari gerakan dan mempunyai kewaspadaan tubuh
yang rendah. Hiposensitif sistem proprioseptif menyebabkan anak suka
menabrak benda, menggigit, atau membentur-benturkan kepala.
Efektivitas
terapi sensori integrasi
Terapi sensori integrasi banyak
digunakan untuk tata laksana anak dengan gangguan perkembangan, belajar, maupun
perilaku. Elemen inti terapi sensori integrasi yang terdiri dari sepuluh
elemen, belum diterapkan pada sebagian besar (94%) penelitian yang menggunakan
prinsip terapi sensori integrasi. Penelitian yang lebih baru dengan desain yang
lebih baik memperlihatkan adanya manfaat dari terapi sensori integrasi,
khususnya untuk anak dengan retardasi mental ringan, autisme, dan gangguan
proses sensori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar